PERSPEKTIF PERSAMAAN JENDER MENURUT PANDANGAN ISLAM
Dalam al-Quran tidak ditemukan kata yang persis sepadan dengan istilah jender, namun jika dimaksud jender menyangkut perbedaan laki-laki dan perempuan secara non biologis, meliputi fungsi perbedaan fungsi, peran, dan relasi antara keduanya, maka dapat ditemukan sejumlahistilah untuk itu. Misalnya jika yang hendak dingkapkan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi biologis maka al-Quran seringkali menggunakan al-dzakar untuk laki-laki dan al-untsa untuk utuk perempuan. Dll.
Prinsip Prinsip Jender
Ada beberapa variabel yang dapat digunakan variabel sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan jender dalam al-quran antara lain sebagai berikut :
1. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
Salah satu tujuan diciptakannya manusai adalah untuk menyembah Tuhan, sebagian terdapat dalam Q.,S al-zariyat/51:56
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara laiki-laki dan perempuan dalam kapasitas manusia sebagai hamba. Keduanya meimiliki peluang menjadi hamba yang bertaqwa. Untuk mencapai takwa ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, atau kelompok etnis tertentu.
Hamba yang ideal adalah hamba yang mutaqun, sebagian disebutkan dalam Q.,s. al-Hujurat 49:13
يا ايها الناس انا خلقنناكم من ذكر وانثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعرفوا ان اكرمكم عندالله اتقاكم ان الله عليم خبير
Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah Mengenal.orang-orang yang paling bertaqwa.. Sesngguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Kekhususan-kekhususan yang diperuntukan kepada laki-laki, seperti seorang suami setingkat lebih tinggi di atas isteri (Q.,s. al-Nisa/4:11), menjadi saksi yang efektif (Q.,s al-Baqarah/2:282), dan diperkenankan berpoligami bagi mereka yang memenuhi syarat (Q.,s al-Nisa/4:3) tetapi ini semua tidak menyebabkan laki-laki dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang emiliki peran publik dan sosial leboh ketika ayat-ayat al-Quran diturunkan.
2. Laki-laki dan perempuan sebagai khalifah di bumi
Disamping menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah swt., maksud penciptan manusia di muka bumi ialah untuk menjadi khalifah di bumi. Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan di dalam Q., s. al-An’am/6:165:
وهوالذي جعلم خلائف الارض ورفع بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم في ما ءاتا كم ان ربك سريع العقاب وانه لغفور رحيم
Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumidan Dia meninggikan sebahagian kalian atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Sesungguhnya Tuhan kalian amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat lain disebutkan dalam Q., s al-Baqarah/2:30:
وإذقل ربك للملا ئكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا اتجعل فيها من يفسد فيها من يفسد فيها ويفسك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم مالا تعملمون
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat senantiasa bertasnih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman : ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”.
Kata khalifah dalam kedua ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung-jawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagai mana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba tuhan.
3. Laki-laki dan Perempuan Menerima Perjanjian Primordial
Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam Q.,s. al-A’raf/7:172:
وإذ أخذ رربكمن بني ءادم من ظهورهم ذريتهم وأسهدهم علي أنفسهم ألستبربكم قالوا بلي شددنا أنتقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
Menurut Fakhr al-Razi, tidak ada seorangpun anak manusia lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Tidak ada seorangpun yang mengatakan “tidak”.
Dalam Islam, tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu semenjak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama.
Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam sebagai mana disebutkan dalam Q.,sal-Isra/17:70:
ولقد كرمنا بني ءادم وحملناهم فالر والبحر ورزقناهم من الطيبات وفضلناهم علي كثير ممن خلقنا تفضيلا
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka didaratan dan lautan, Kami beri mereka rizki dari yang bai,-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan.
Kata بني آدم dalam ayat ini menunjukan kepada seluruh anak cucu Adam, tanpa membedakan jenis kelamin, suku bangsa, dan warna kulit. Dalam al-qur’an tidak pernah ditemukan satu ayat pun yang menunjukan keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin atau karena keturunansuku bangsa tertentu.
4. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis
Semua ayat yan menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan pasangannya di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak secara aktif dengan menggunakan kata ganti untuk 2 orang ( huma هما ),yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa, seperti dapat dilihat dalam beberapa kasus berikut :
وقلنا ياآدمم اسكن أنت وززوجك الجنة وكلا منها رغدا حيث شئتما ولا تقربا هذه الشجرة ففتكونا من الظالمين
Dan Kami berfirman:”Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi bsik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim(.Q.,s.al-Baqarah /2:35:)
فوسوس لهما اليطان ليبدي عنهما من سوآتهما وقال ما نها كما ربكما عن هذه الشجرة إلا أن تكونا مملكين أو تككونا من الخادين
Maka syaitan membisikan pikiran jahat kepada keduanyauntuk menampakan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka (yaitu auratnya) dan staitan berkata:”Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Q.,s al-A’raf/7:20:)
5. Laki-laki dan Perempuan Berpotensi Meraih Prestasi
Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus di dalam tiga ayat yaitu:
- a.Q., s. Al- Imran/3:195:
Maka Tuhan mereka memeperkenankan permohonannya (dengan berfirman ), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kalian,baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kalian adalah turunan dari sebagian yang lain.Maka orang0orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalanKu, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan merekadan pastilah Aku masukan mereka ke dalam surga yang mengalirsungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah.Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.
- Q.,sal-Nisa/4:124
Barang siapa yang mengerjakan amal-amal soleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak aniaya walau sedikitpun.
- Q.,s.al-Nahl/16:97:
Barang siapa yang mengerjakan amal soleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikn kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat-ayat tersebut di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan jender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal. Namun, dalam kenyataan masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi, karena masih terdapat sejumlah kendala terutama kendala budaya yang sulit diselesaikan.
Referensi: DR.Nasarudin Umar,MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran. Paramadina ,1999.
2 komentar:
ada syarat evaluasi ga??
Saya suka dengan topik laki-laki dan perempuan sama mempunyai hak untuk meraih prestasi, ini lah yang harus banyak ditulis oleh setiap kalangan karena Wanita juga bisa Berkarir
Posting Komentar